SAMPANG – Sampang tergoncang Proyek infrastruktur rabat beton yang dibiayai dari Dana Desa (DD) Tahun Anggaran 2025 di Kabupaten Sampang kini menuai sorotan tajam.
Pasalnya, kualitas pekerjaan di sejumlah desa di setiap kecamatan sudah mengalami retak-retak serius terlihat kayak habis gempa bumi, padahal baru seumur jagung.
Dalam Pantauan beberapa tim di lapangan dan aduan masyarakat mengungkap bahwa kerusakan ini tidak terjadi secara sporadis, tapi masif dan berulang, terutama di desa-desa yang menggunakan sistem beton siap pakai (ready mix), sejumlah kecamatan yang terdampak di antaranya di kecamatan.
kecamatan Jrengik
kecamatan Torjun
kecamatan Kedungdung
kecamatan Sampang Kota
kecamatan Robatal
Retakan rabat beton Ready Mix tampak jelas di permukaan beton terlihat tebelah bergaris , lebar dan panjangnya bervariasi, namun cukup mengganggu fungsi dan estetika jalan, ironisnya, sebagian proyek ini baru selesai dicor baru berapa minggu,
“Kami menduga ada permainan dalam mutu bahan, ini bukan sekedar retak biasa, pekerjaan ini diduga tidak sesuai spesifikasi teknis,” ujar Sulhan salah satu warga Desa Komis, Kedungdung.
nyatanya mencuat, pencairan dana proyek dilakukan langsung ke rekening perusahaan penyedia ready mix, bukan ke rekening pemerintah desa sebagaimana mestinya dalam skema swakelola, kondisi ini memicu dugaan adanya pola terselubung dalam pelaksanaan proyek, di mana pemerintah desa seolah-olah hanya menjadi pelengkap administrasi tanpa kendali penuh atas mutu pekerjaan.
“Kalau dana langsung ke pihak ketiga, lalu siapa yang bertanggung jawab kalau hasilnya cacat seperti ini? Desa tutup mata, penyedia lepas tangan?” cetus seorang tokoh pemuda di Robatal.
Upaya konfirmasi terhadap sejumlah Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) di beberapa desa tidak membuahkan hasil. Beberapa TPK dihubungi via telepon tidak mengangkat, pesan WhatsApp tidak dibalas.
Sementara itu, pihak perusahaan penyedia ready mix juga terkesan menutup diri, tidak ada pernyataan resmi maupun upaya perbaikan di lokasi proyek.
Melihat pola kerusakan dan alur keuangan yang tak transparan, warga mendesak dilakukan audit teknis dan investigasi mendalam oleh Inspektorat, DPMD, hingga APH jika perlu.
Mereka khawatir, ini bukan sekedar kelalaian teknis, tapi indikasi praktik pembiaran atau bahkan kongkalikong antara pihak desa dan penyedia.
“Kalau ini dibiarkan, desa hanya jadi alat proyek, rakyat yang rugi,” tegas warga Jrengik.
Retaknya proyek rabat beton ini bisa jadi pintu masuk untuk mengungkap dugaan korupsi Dana Desa secara sistematis, terutama jika ditemukan adanya:
Penyedia tunggal di banyak desa
Penunjukan langsung tanpa proses pengadaan terbuka
Mutu ready mix di bawah standar
Pengawasan teknis fiktif atau dilemahkan
Media ini akan terus mengikuti perkembangan kasus ini dan membuka ruang bagi laporan warga serta klarifikasi pihak-pihak terkait.